Rabu, 08 Agustus 2012

kopend

certig - dekatnya cinta sejati denganku

Dekatnya cinta sejati denganku

1.  Akibat sebungkus jajan

“mana..!!! itu kue aku duluan yang pesan!” teriakku
“hem, aku duluan yang beli kok” jawab anak laki-laki dengan nada ketakutan
“mana!!”
“jangan lin, aku kan yang pegang duluan”
“kan masih dipegang, belum dibeli, ibu ku akan membayarnya! Mana!”
“tapi, ibuku sudah kesini, ibumu kan belum datang!”
“jangan bawel mana!” kataku sambil ambil kue itu secara paksa

Anak laki-laki itu hanya menangis, dan karena kue nya kuambil, sempat dia mengambil kue itu dengan paksa dariku tapi kutendang dia dan terjatuh ke tanah, sambil merengek ke pangkuan ibunya, aku pun diam saja di pojok sudut rumah kakak sepupuku sambil menunggu ibuku membayar kue jajanku.

Aku terkenal sebagai anak nakal, jika ada yang kuingini pasti harus ku miliki. Dan jika gak dapat maka, akan celaka siapapun yang menghalanginya, kecuali ortu ku hehee. Tapi sebelumnya kenalkan aku lina dan anak laki-laki yang nangis tadi namanya anto. Dia anak laki-laki yang sangat cengeng, dia selalu takut denganku. Apa yang aku kata dia langsung kasih walaupun sedikit merengek. Memalukan bukan??

Memang selama ini aku hidup dengan kenyamanan yang sangat mewah, orang tuaku sangat sayang kepadaku. Apa yang kumau pasti akan langsung datang kepadaku, apalagi ayahku setiap aku meminta apapun yang berhubungan dengan kue pasti langsung dibelikan. Aku memang suka sama kue apalagi kue yang sangat manis.

Setiap hari di kampung ku selalu didatangi oleh tukang sayur yang membawa kue jajan pasar tapi walaupun jajanan pasar aku suka sekali dengan jajan-jajan yang dibawa oleh tukang sayur itu. Pagi itu, aku melihat anto sudah berada di jalan dimana si tukang sayur yang akrab di sapa dengan pak yun biasa berhenti dengan menjajakan sayurannya kepada ibu-ibu kampung disini.

“.... apa lihat-lihat?” tanyaku sinis
“gak, aku gak lihat lina. Aku lagi diam” jawab anto

Tiba-tiba terdengar bel sepeda ontel milik pak yun

“pak yuunnnnnnn” kataku sambil lari-lari
“eh lina, anto kalian sudah disini ternyata, nunggu pak yun ya?” kata laki-laki tua itu
“gak, aku nunggu jajan apa yang dibawa sama pak yun” jawabku lugu
“hahaha,, kamu ini !” ketawa pak yun mendengar ucapanku
“pak yun beli jajan yang ini, ini uangnya!” kata anto
“gak itu jajan uda aku pesan!”
“tapi aku kan beli lin?”
“urusanmu, beli aja jajan yang lain”
“aku mau yang ini!”
“gak boleh! >o<”
“sudah-sudah, lina mau beli berapa memangnya, anto cuman beli dua” pisah pak yun
“semua” kataku
“kalau begitu ini sisanya buat lina, masih banyak kok!” jawab pak yun
“gak mau, masak aku dikasih sisa-sisa, aku gak mau!”
“ya sudah anto mau ini, ini rasanya manis!” bujuk pak yun ke anto niat supaya anto mau bertukar jajan denganku
“ya sudah pak,,” kata anto pasrah
“aku itu, aku gak mau yang ini” kataku
“kamu ini, tadi katanya mau yang itu!” kata pak yun
“aku dikasih sisa, jelas aku tak mau, sekarang aku mau yang itu” kataku
“kamu itu aja, aku yang ini” kata anto
“berani sama aku!”
“ya udah dibagi dua,” kata pak yun
“gak mau, aku maunya itu buat aku sendiri”
“lina kok gitu, tadi mau yang itu, anto nya sudah ngalah malah lina nya yang nakal” kata pak yun marah
“sekarang kan enggak, aku kan mau nya yang ini! “
“ya, gpp sudah pak, biar aku yang tadi saja!” kata anto pelan
“ya sudah anto, ini buat kamu, dan ini buat lina. Tapi mana uangmu lina?”
“bentar nunggu ibu ku” jawabku

Setelah itu aku melihat ibuku datang untuk berbelanja, aku pun diam saja melihat ibuku melirik tajam kepadaku, mungkin dia sudah diberi tahu oleh tukang sayur itu. Aku pun bertindak acuh tak acuh kepada sikap ibuku yang sinis kepadaku. Setelah ibu selesai berbelanja, aku pun diajak pulang, dengan sikap dinginku, ibu hanya sedikit melirik kepadaku dan jalan lagi tanpa berkata apapun.

Dan setelah sesampai di rumah ibu langsung bercerita kepada ayah dengan sangat dramatis. Tapi, ayah hanya meresponnya dengan tertawa. Ibu semakain jengkel dengan sikap kami berdua. Akhirnya ibu pergi ke dapur untuk memasak dan mengomel di dapur.

“kamu gak boleh kayak gitu” kata ayah
“tapi, ayah, aku di iming-iming jajan yang enak jadi yang aku mau”
“hahaha,, kamu ini. Benar-benar ya” kata ayah sambil menggelitikku
“ayahh,, geli”
“itu kalau anak sering dimanja. Jadinya seperti itu, ehh huuu” kata ibu mengomel sambil mencubit pipiku

Ayah hanya tertawa melihat ibu bersikap seperti itu kepadaku. Tanpa berfikir panjang aku pun langsung ambil kesimpulan kalau ibu tidak suka kepadaku. Seharian ini ibu bersikap dingin padaku, mungkin sikapnya biasa tapi karena akunya sudah terlanjur berfikiran ibu marah padaku, jadi setiap ucap ibu aku diemin. Dan mungkin merasa kesal dengan sikap dinginku ini, ibu langsung pergi kerumah sepupuku yang berada setelah tiga rumah dari rumahku dan malesnya ia pergi tanpa bilang kepadaku.

Aku menangis mencari ibu ku, mungkin dikira aku sedang tidur. Karena tadi sebelum ia pergi, aku tengah tertidur pulas. Sampai orang- orang yang mungkin tengah melihatku menangis di teras rumahku sambil mencari ibu merasa kasihan. Aku tak sadar melihat ibu pulang dengan membawa kue besar sekali, dan aku pun berenti menangis.

Tapi bukannya untung malah buntung, aku dimarahi ibu sangat lama. Dikira ibu, aku menangis karena bangun tidur dan melihat ibu tidak disampingku “ jangan kayak anak kecil, ditinggal sebentar saja sudah seperti itu” katanya. Tapi, aku gak menangis soal itu, aku takut ibu pergi meninggalkanku karena kejadian tadi pagi.

Aku sudah merasa salah dengan semua kesalahan ku tadi pagi, dan aku pun minta ibu selalu ada disampingku untuk menemaniku. Ibu pun juga langsung menina bobokan aku dengan belaian kasih sayangnya yang sangat nyaman. Tapi, setelah pagi tiba, rasanya rasa kapokku pun sudah hilang bersama hembusan angin malam melewati mimpiku.

Pak yun kini hanya membawa satu macam jajan pasar, yaitu onde-onde. Aku langsung berebut kembali dengan anto, karena aku gak mau berbagi dengan nya sedangkan dia gak mau mengalah kali ini. Akhirnya dengan segenap paksa aku pun langsung mencakar, memukul dan menendangnya. Pak yun terlihat kewalahan dengan tingkahku itu, sampai kakak sepupuku ikut melerai aku dan anto. Kak icha lari kerumah anto dan kerumahku, dia memanggil ibu kami berdua sedangkan pak yun masih kewalahan memisah kami.

Akhirnya kak icha pun ikut membantu pak yun untuk melerai kita, anto sudah menangis, apalagi saat dia melihat ibunya rasanya tambah dibuat-buat tangisannya. Banyak orang menyaksikan kenakalan diriku, tapi kemana ibuku tidak muncul-muncul. Aku tetap cuek, sampai ibunya anto bilang kepadaku “jadi cewek gak boleh kayak begitu perilakunya, jahat tahu gak” sambil memukul-mukul pantatku yang aduhai, sexy, montoknya anak kecil hahaha.

Aku tetap saja tak hiraukan mereka, aku diam saja, walaupun sebenarnya ingin menangis karena ketakutan dengan wajah orang dewasa ini. Dan setelah ibu datang, ibu langsung membayar jajanku, dan langsung menyeret ku pulang tanpa berkata-kata apapun. Maaf ibu, tapi rasanya kata itu sudah tak dihiraukan olehnya. Rasanya menyesal begitu diriku, dan rasa sesalku muncul saat keesekon harinya ibu berkata “aku gak mau belikan kue lagi buat kamu”. Ibu jangan, aku tak bisa hidup tanpa kue, rengekku tapi rasanya ditendang jauh-jauh pekertaanku oleh ibu. Aku pun datang ke pak yun, dan hanya melihati kue yang dibawa olehnya hari ini buaaannnnyyyyaaaaak sekali . tapi, setiap aku membujuk ibu, rasanya aku gak dihiraukan lagi dengannya. Huhufttt... -.-

“lina kok gak beli, ini pak yun sudah bawa jajan banyak sekali?” kata pak yun
“gak dibelikan sama ibu” kataku sambil rasanya ingin menangis aku
“hahaha, rasain-rasain makanya jangan jahat sama aku, kapokk.. yeyeyeyeye” kata anto senang
“rasanya aku perlu memberimu pelajaran,” kataku
“pelajaran? Aku gak lagi sekolah, weeekkkk.... kamu mau? Beli sendiri, hahahaha” kata anto balas dendam

akhirnya aku pulang dengan merengek. Tapi, tetap saja di cuekkin sama ibu, huft tambah sedih deh, padahal gara-gara kue akibatnya seperti ini T.T

2.  Masa kecil yang suram

Kini aku sekolah SD, aku di sekolahkan di sekolahan yang dekat dengan rumahku. Aku setiap hari jalan kaki, kecuali waktu aku kelas satu karena kau diantar jemput oleh orang yang dibayar oleh orang tuaku untuk keselamatn ku terjamin. Sampai aku kelas tiga baru aku dilepas untuk naik angkutan umum, yang jaman itu masih membayar Rp.300,- murah kan? Zaman SD ku,,,

Aktivitas ku tidak hanya sekolah aku pun mulai belajar mengaji di sebuah masjid, yang lumayan jauh dari rumah ku. Kira-kira jauhnya 1km dari rumahku. Aku punya seorang teman namanya nia, dia selalu menjadi temanku dalam suka maupun duka. Di waktu itu aku juga punya teman yang merupakan juga tetangga sekaligus kakak dari anto, namanya ira. Dia sangat jahat kepada anak-anak yang lain, bersikap seakan dia adalah bos nya.

Suatu hari aku sedang bermain dengan ayam jago milik ayahku yang paling kusayang (sebelum aku takut dengan ayam). Dan saat aku tinggal ayam itu di luar rumah, eh malah dilempari itu tok petok *nama ayamku sama anto, mbak ira dan entah siapa itu saudara-saudara dia. Tak habis pikir pun, karena merasa kasihan sama tok petok yang jalannya sampai pincang, akhirnya aku ambil batu langsung kulempari kearah mereka. Mereka lari karena aku berteriak akan panggil ayah ku juga, hahaha cerdik kan akal pikirku waktu itu?

Berbulan-bulan perang diantara aku dan mereka berlanjut, bayangakan satu lawan empat orang. Tapi, aku gak pernah kalah karena anto yang selalu kugunakan sebagai bahan tindasan karena dia yang paling takut sama aku, hehehehe..

Dan setelah lebaran kita damai, damai diantara aku dan mereka kecuali ANTO, tidak akan dan tidak akan pernah. Sampai waktu itu, kelas lima SD kiranya, aku disuruh lari dengan ira untuk menempati meja pertama waktu mengaji. Dan aku pun lari bersamaan anto dan putra*sahabat anto untuk merebutkan meja baris pertama. Aku pun menang, dan akhirnya aku memblok baris pertama dengan kartu nama teman-temanku. Tapi, anto tidak terima, iya langsung membuang kartu teman-temanku yang dulunya musuh besarku.

Ia tidak mau mengalah denganku, karena dia pikir yang menduduki baris pertama adalah anak yang datang terlebih dahulu. Tapi, karena aku memiliki jiwa yang setia dan tanggung jawab akan apapun hal, akhirnya aku tidak mau mengalah kepada anto. Anto yang bersikeras dengan sikapnya dan aku pun begitu, akhirnya kami saling merebutkan. Dan merasa kesal setiap kartu dibuang oleh anto dan aku yang selalu ambil, akhirnya mukanya dia aku tendang dengan jurus bela diriku, haiiiaaahhhh....

Hidungnya mimisan karena barusan aku tendang, dia ingin membalas tapi sayangnya tak kena,, haha. ihsan dan putra yang ada disana hanya melihat terpengangah dengan tindakan gilaku. Dan setelah ira datang bersama nia*sahabatku dan teman-teman yang lain dengan jalannya yang berlagak seperti ratu, rasanya ingin aku tendang saja kakinya. “kok masih sempatnya jalan berlagak seperti itu?” pikirku. Dan setelah dia datang keruangan dimana kami mengaji, dia langsung mendekati anto dan memanjakan dia dengan lembut

“hah? Kenapa wajahmu dek?” kata irma sok yes
“lina, lina yang ngelakuin ini mbak” jawabnya manja
“eh, kamu, apa yang kamu lakukan?” kata ira ke aku
“dia gak mau mengalah padaku” jawabku tegas
“yang datang duluan dia yang duduk dibaris pertama” kata anto membentakku
“heh..? berani kau, apa masih kurang itu?” tanyaku marah
“.................” tak berkata anto hanya minta perlindungan ke ira
“apa, yang apa? sudah dek kamu duluan ngajinya terus kami dibelakangmu!” kata ira kepada anto
“tapi, aku uda...” penggalku
“sudahlah, aku mau mengalah kok..” jawab ira
“heeeehhh?” kataku kesal sambil meninggalkan tempat aku berdiri

Kesal rasanya sudah berusaha mempertahankan wilayah ternyata dia malah memberikan begitu saja, tahu begitu aku gak perlu nunjukin gerakanku yang membuat lubang di celanaku. “Dasar ira gila” kata ku dalam hati. Pingin marah tapi, bagaimana? Nia yang melihatku hanya bisa diam tak berkata apapun, karena dia akan takut dimusuhi waktu itu. secara kuasanya irma sangat gede waktu itu.

Pernah aku bertengkar dengan ira, niatnya gak marahin dia sih, cuman nasehati supaya dia gak merendahkan anak-anak yang lain tapi, karena dianya merasa gak bisa dan gak mau mendapat nasehat, akhirnya dia pikir aku sedang memarahinya, aku bilang saja ke kakakku yang juga sedang mengaji disana. Niat kakakku juga sama untuk menasihati, dianya yang salah mengerti akhirnnya bilang ke papanya dia dan kakakku dimarahi habis-habisan sama papanya dia. Kasihan bukan? Dasar ira gila.

Masalah pun terus berkembang diantara kami, masalah kecil sampai dibuat menjadi masalah yang besar dan rumit. Karena kesal, dipikul dari belakang akhirnya aku tonjok dia, eh aku malah dilawan dua anak sekaligus, di daerah terowongan dekat rumahku. Nia yang tahu akan hal itu, aku suruh lari secepat mungkin. Karena tak mungkin melawan dua orang sekaligus makanya aku usahakan untuk lari, tapi, sebelum aku lari aku suruh nia untuk lari duluan sebelum dia terluka sama dengan aku.

Sungguh perkelahian yang sangat melelahkan, muka ku bengkak dibuatnya, aku heran dia itu orang yang bagaimana sih? Kok ada orang yang kayak gitu, bertindak sebagai bos, tapi lebih pantas dipanggil bos gak masuk akal. Hahaha.... menggelikan



3.  Cinta? Hah?

Sudah lama tak ada pertengkaran diantara aku, anto maupun ira. Ira sudah smp dan dia sudah tidak mengaji, anto sudah berlagak seorang remaja yang cool dengan ditemani temannya putra. Aku sudah sibuk dengan dunia ku yang lebih mengasikkan karena tak ada yang mengganggu.

Hari demi hari telah dilewati ersama tapi apa tak ada yang memuaskan. Sampai suatu ketika, aku menulis surat. Ya, bisa di bilang itu adalah surat cinta, hahaha.



Dan anehnya, setelah membaca surat itu, bukannya langsung dibuang malah disimpan sampai basi di dalam kamarnya. Kakak kandungnya dia langsung tahu, dan membuat guncangan aku dan dia di kampung damai ini. Astaga, lina apa yang telah kau lakukan? Kalau orang tuamu tahu mati lah kau. Jadi setiap ada perkumpulan remaja, aku tak mau datang karena takut akan ada yang berbeda nanti, yaitu penjodohan tentang aku dan anto. Anto bodoh, hiiccsshhh !!! seharusnya dibuang saja kalau tidak menerimaku kan tidak papa, tapi kenapa malah dibuat satu rumah tahu akan surat itu, hiiihhhhh.....

Dan setelah kupikir-pikir yang salah ini aku atau ano ya? Aku ini yang aneh, dulu musuh bebuyutan sekarang suka. Beneran ya aku suka? Tapi apa yang kusuka dari dirinya? Asatga lina. Apa-apaan kamu ini, di sekola masi ada ari kenapa malah milih anak ini. Haduhh, sakit apa sih aku ini? Habis, ya, tak habis pikir aku tentang semua ini. Aneh, super aneh, ada apa dengan diriku? -,-


4.  Tambah mendalam

Sudah lebih dari dua tahun dengan kejadian masa itu *nembak cinta. Tapi, gosip yang tertera di telinga anak-anak kampung masih saja terngiang di telinga ku. Aduh, sudahlah, cowok ku lebih, dan lebih dari sekedar anto anak yang lemah itu. lagian mana mungkin aku ceweknya yang kuat sedangkan cowoknya yang cengeng gitu. Aneh, pastinya bukan? Aku pintar bela diri secara tidak langsung tapi, heehehe... tapi, dia? L

Aku sudah bertahan selama dua tahun lebih tanpa ada bilik-bilik tentang anto. Nyaman, tenang rasanya. Tapi, masih saja dikabari oleh nia yang merupakan adik sepupu, teman serta mata-mataku di sekolah smpnya, karena dia satu sekolah dengan anto. Pliss ya aku gak mau dengar apa-apapun tentang dia, ok.

“lin, tahu gak? Mas anto ikut karate loh” kata nia
“terus?” jawabku sinis
“bayangin deh, mas anto yang culun dimatamu, menjadi seorang pahlawan yang kelak akan melindungimu!” katanya
“hah? Anto, tidak-tidak. Melindungiku? Korban film anime kau!” jawabku
“lihatlah empat tahun kedepan!” jawabnya
“ya, akan kita lihat bagaimana ini?”
“ok”

Kelulusan smp pun sudah dilewati. Kami bangga karena kami lulus 100% , tapi, tetap saja aku yang berada di urutan paling terakhir diantara nia, putra, dan anto. Gak terlalu jelek sih, hanya saja lebih sedikit dibanding yang lainnya. Kenapa aku ini? Seharian ku disekolah sangat ungul, tapi, disetiap ujian akhir pasti menurun prestasiku, huhh. Tapi, tak kubuat masalah, karena yang penting aku lulus dengan nilai cukup, itu sudah cukup bagiku.

Aku melanjutkan sekolah di SMK, bukan SMA karena bakat dan minat ku tidak akan tersalurkan nanti, karena kemungkinan aku tak akan meneruskan kuliah. Prustasi sebetulnya, tapi mau bagaimana lagi. Aku ambil bidang prodi tkj, dan kabar lucu nya anto juga masuk di sekolahan yang sama denganku, what? Dia juga ambil bidang yang sama denganku yaitu TKJ, ampun dehhhhhhhhhh.

Tiap hari bertemu dengannya, dan dia menunjukan senyum manisnya kepadaku, dan itu hanya untukku, PD? Bukan, ini kenyataan, dia selalu tersenyum kepadaku, hanya kepadaku. Semester pertama aku berangkat bersama kakak sepupuku yang kebetulan sama dengan aku sekolahnya, sampai semester kedua aku baru berani bawa motor sendiri. Tapi, tetap masih dikawal oleh kakakku dari belakang, hehehe. Maklum baru belajar.

Hari demi hari telah berlalu, sememster ketiga dia berangkat magang, dan aku berangkat semester empat, selama setahun penuh tak merasa ada kejailannya, begitu pula aku, aku selalu asyik akan kehidupan damai tanpa ada mata-mata sedikitpun. Waktu setahun kugunakan untuk mencari pacar sebanyak-banyaknya. Hahahaha......... *mampang tingkah playgirl

Hem, setahun? Ya setahun aku hanya dapat satu cowok, gak, gak, sepertinya gak cuman satu, lebih dari tiga, tapi, gak ada seperti yang kubayangkan, pacaran yang kulakukan hanya berjalan enam bulan, tapi yang lainnya Cuma dua atau seminggu saja. What? Ya, tapi ini kenyataannya. Aku gak pernah pacaran lebih dari sebulan, kalau lebih pun pasti ada yang membuatku betah dengannya, paling lama aja delapan bulan sepuluh hari, itu aja cimon and cinta pertamaku. Eh, kok malah bahas cowokku? Balik ke topik.

Kini aku saatnya aku kembali ke kandangku *sekolah maksudku, aku benci harus berpisah dengan keluarga saat aku magang selama semester kemarin. Tapi, bagaimana lagi, ini yang terbaik bukan? Aku harus melakukannya dengan baik, demi kelulusanku.


5.  Benci, benci, tapi suka J

Kini setelah kembali ke sekolah tingkahku semakin gak ada aturan, lina yang dulu berprestasi, yang sangat malu akan laki-laki, yang penakut, kini menjadi lina yang gentar, suka main tanpa tahu aturan waktunya, omongan kasar dan liar, sangat liar.

“lin, mulutmu lho!” kata tian
“kenapa? Emang kenyataannya gitu kok, lihat saja jalannya! Uda cantik? Gak, sok, belagu kayak gitu, tendang aja” jawabku kaku
“tapi, gak usah bilang kayak gitu!” kata irwan
“uda deh sayng diem lo” kataku *sayang=teman bukan pacar
“hemm....” kata mereka berdua

Memang paling suka berkomentar tentang adik kelas yang gaya, dandan and perilaku dewasa yang belum waktunya. Kalau tidak begitu jalan-jalan sambil ngerjain cowok ganteng yang lewat di depan ku, hahaha. Beda banget sama aku yang dulu, bukan?

“Eh anto sayang, habis dari kantin ya? Enak ni jajannya, aku ambil ya!” rayuku
“eh, itu punya rio, jangan ya!” kata anto
“gak mau, kalau kamu gak mau kasih jajan ini, akan kusebarkan kalau kamu punya cewek disekolah ini!”
“cewek? Yang mana?”
“eh, yang mana aja!”
“paling juga kamu?”
“eh........... apa? mana mungkin”
“sudah mana kuenya!”
“gak mau”

Muka ku memerah karena baru saja anto bilang “ paling juga kamu?” maksutnya apa ini, ya Allah? Ampun deh. Dulu tiap hari, aku berangkat dengan anto, karena motorku dipakai ayah untuk kerja, maklum motor ayah di perbaiki waktu itu, niatnya sih berangkat bareng selama dua hari saja. Tapi tuh anak uda jemput aku lebih dari sebulan. Huft... teman-teman di sekolahku sudah berkomentar tentang aku aneh-aneh deh, malu aku rasanya.

Dan setelah bareng dia selama itu, orang tua, kakak, dan dia jadi berubah sama aku. Kenapa ya? Apa dia pikir aku tak mampu membawa motor sendiri? Atau dia pikir satu kampung mengataiku dengan anto lagi berpacaran? Jadi kuputuskan untuk berhenti bareng sama dia, lagipula nanti kalau ada cowok yang naksir aku dan dia nya tahu kalau aku boncengan sama anto pasti mundur tuh anak dari aku.

Tapi, selama bareng sama anto, ada kenangan yang tak terlupakan dariku, mulai dari saat aku ketakutan dibonceng dia yang super amat kenceng nyetirnya. lalu setiap aku mau naik motornya dia, tempat tindihan yang dipakai untuk kaki selalu dibukakan untukku, dan itu dilakukan dirumah, di depan ortuku, and lebih parahnya lagi disekolahan didepan teman-temanku “astaga aku ini ratu kah?” sampai malu rasanya. Tapi romantis, cowok ini gak pernah pacaran tapi, kepada cewek semanis ini. Apa hanya ditunjukkan kepadaku? Atau juga ke cewek yang lain?

Dan sekarang kembali normal, setelah aku sudah tak berbarengan lagi sama dia, aku kembali normal dengannya. Ngobrol bareng, ngerampok hasil jajan dia kekantin, sampai bergurau dengannya, semua nya kulakukan. Sampai aku sadar kalu temannya dia, bisa dibilang sahabat dia sih, suka sama aku. Aku sama anto sudah tak melakukan seperti itu lagi, setiap aku mendekat, pasti anto menghindar kalau tidak aku langsung didekatkan dengan limus *temannya. “kalau aku suka, aku ingin dekat dengan irwan, anto, tapi jangan limus, aku gak suka sama dia, bodoh !!” gumamku

“hayoww.... beli jajan gak kasih ke aku!”kataku
“ini,,” kata anto
“beneran buat aku!”
“punya limus itu!”
“hiscchhh,,,kau ini?”
“itu jajanku, kamu mau?” tanya limus
“gak, aku gak mau kalau bukan punya anto” jawabku sinis
“hem?” tanya limus
“heh, mana aku kenapa gak dibelikan sih?” tanyaku ke anto
“gak punya uang!” jawabnya sinis
“jangan masuk kelas!”kataku
“aku lapar, aku mau makan” jawabnya
“loh kan punya uang?”
“untuk beli makanan, uda sana sama limus, aku mau sendirian. Mus, cewekmu ini suruh keluar!” kata anto
“ok....”kata limus
“aku bisa pergi sendiri” jawabku sinis

Aku meninggalkan mereka dengan marah, bukan marah kepada mereka berdua melainkan ke anto, kok bisa nya dia seperti ini kepadaku. Apa dia benci, apa dia tak suka padaku? Aku ingin tahu terhadap perasaannya kepadaku. Tapi, lucu pastinya jika aku tahu dia suka sama aku *berharap. Teman-temanku menyapa kepadaku, tak ada yang kuperhatikan. Aku kesal terlalu kesal, atau aku dekati saja, jangan buang muka saja, iya buang muka.

“cewekk?” sapanya saat bertemu denganku
“...........” aku terdiam hanya melihat
“sombong “ kata rio
“masa bodoh, kenal ya kita?” jawabku sinis
“huh... centil,”katanya rio
“heh, kecoak *panggilan rio karena dia kecil, diem deh loh”
“waduhh galakkkk, tatuttt” rio ledek
“hischhh”

Niat bikin kesel anto tapi kok malah aku yang jadi kesel ndiri. Aduh, ini apa lagi, limus tambah deket-deket sama aku lagi. Sudah kubuat dia benci sama aku, malah dia tambah nempel aja, iya kalau dianya single pasti doyan aku, tapi, ni orang uda punya cewek. Pliss uda enam bulan lewat aku dekat dengan limus, sampai aku tak kenal diriku, sahabatku oliv, gila akan sikap ku ndiri. Pokok waktu itu berjalan, aku sangat merasa lupa ingatan dan ngehhh sama diriku.Aku sudah terlalu capek, sampai capeknya aku tak sadar mulut ini berkata-kata kejam kepada limus selama tiga kali berturut-turut.

“lo budek ya? Aku gak suka sama tingkahmu, pergi, hishhh pergi dari aku” kataku
“gak mau, teserah lo kata ii aku apa? yang jelas aku suka sama kamu” jawabnya
“kalau gitu, putusin pacarmu, jangan ambangin aku!”
“pastinya butuh waktu, aku tapi suka juga sama pacarku, tapi, serius aku suka sama kamu”
“jangan serakah”
“jangan bahas dia, aku ingin bahas kamu, apa yang kamu suka, apa yang.....?”
“gak bisa ya dengar omongan dari bahsa manusia? Aku capek, aku ingin berpacaran dengan orang normal, yang masih single, lagi pula aku gak mau jadi biang kerok di hubungan mu”
“aku gak merasa terganggu dengan keberadaanmu, jalan aja apa yang ada” jawabnya menangkis omonganku
“lalu aku kau anggap apa? pacar? Selingkuhan? Atau apa?”
“jalani aja”
“dasar kau ! anjing”
“apa?”
“aku lelah, sungguh lelah, pergi kau dariku!”
“gak mau, aku pingin dekat denganmu!”
“pergiiiiiiiiiii !!! pergi kau!”
“gak, aku gak akan pergi”
“hehh,, hehhh, aku mohon pergi, lebih baik kita musuhan daripada aku dekat denganmu tapi rasanya sakit seperti ini, tak ada tujuan dari hubungan gila ini kan? Jadi selagi aku masih baik tinggalkan aku”
“aku berusaha...”
“pergiiiiiiiiiiiiiiii anjing, pergi”
“ok, aku akan pergi”

Sesak rasanya dadaku, apalagi saat aku berkata anjing kepadanya dan dia menjawab “sebutan atau panggilan kepada seseorang, itu menunjukkan siapa sosok diri dari orang yang memanggilnya” rasanya sesak, tapi lebih baik seperti ini, aku bebas, aku bisa bertemu dan berkencan dengan irwan, tapi lagi-lagi dia sudah mempunyai pacar. Jadi ku lewatkan saja, aku gak mau dekat dengan orang yang sudah memiliki pacar karena itu melelahkan dan membingungkan.

Dan saat aku bertemu anto, rasa nya detak jantungku tak mau berhenti. Semakin dekat semakin kencang, ya allah apa yang kurasakan ini? Aku lelah, jika harus berhenti bernafas jika harus dekat dengan anto, karena sesak sekali dadaku. Aku juga sangat malu jika harus menunjukkan wajah ku yang memerah saat berbincang-bincang dengannya. Sampai akhirnya aku tahu kalau aku ini sedang suka sama anto yang merupakan musuhku. Aduh kenapa seperti ini?

“anto?” kataku
“apa?” jawabnya
“nanti kamu pulang sama siapa?”
“ndirian, mau bareng ?”
“heeh, apa? enggak kok?”
“lah trus?”
“aku mau ngomong”
“ngomong aja sekarang”
“apa? disini?” di depan kelas tapi memang hanya kami berdua
“lah trus?”
“kok lah trus? Trus? Aja”
“cepetan, atau aku pergi!”
“jangan” kataku sambil memegang tangannya
“apa?”
“daisuki”
“apa?”
“daisukii...........”
“aku gak ngerti, bahsamu”
“aku suka sama kamu”
“.............” tidak menjawab hanya melihat kepadaku

Aku hanya mampu menundukkan kepala karena malu

“suka?” tanyanya
“iya” jawabku sambil menatap matanya
“dasar apa kau suka aku? Sebagai pelarian karena tak jadi berpacaran dengan limus?”
“tahu apa kau, tentang isi hatiku? Kalau kau tidak mau, ya sudah tapi jangan bilang gitu, karena aku gak pernah mandang seseorang untuk dibuat pelampiasan” kataku sambil mengisak-isak tangis dan pergi meninggalkannya sendirian di depan kelasku

Aku menangis di dalam kelas, teman-temanku yang melihatku langsung bertanya-tanya kenapa aku menangis. Tapi, tiba-tiba ant mengelus kepalaku dan memelukku yang sedang menangis di meja ku dengan lembut

“jangan menangis, apa lagi gara-gara masalah kecil seperti itu” katanya
“aku tidak menangis untuk masalah kecil, tapi kau hiks....hiks suuu daahh hiks membuatku sedih, ehhhe whhaaaaaa.............”
“lalu kenapa menangis, ini hanya masalah kecil”
“bagimu, tapi menurutku ini serius”
“aku gak tahu apa dasarnya, tapi kuanggap ini adalah tulus dari hatimu”
“kau kira,.....” tangan anto langsung memenggal kalimatku dengan cara menutupkan jarinya ke bibirku
“aku gak mau dengar, yang jelas aku akan membuktikannya dengan caraku”
“apa?”
“kau cantik” kalimat terakhirnya sambil pergi meninggalkanku
“huuuuuuuuuuuuuuuhhhhhhhhhhhhhhh” sorak teman-teman yang ada di dalam kelas

memang mereka sudah tahu kalau aku dan anto ada hubungan khusus, tapi tetap saja limus mendekatiku. Makanya saat melihat anto bicara seperti itu limus langsung pergi dari kelas. Dan semenjak itu, hubunganku dengan anto semakin dekat. Tapi, tidak dengan limus, dia lebih diam dari sebelumnya, tapi tak apa ini memang yang kuinginkan.

Sejak saat itu, aku tak pernah lagi berbicara dengan serius kepada limus. Limus hanya berdekatan dengan oliv temanku, tapi tak papalah aku lebih suka dengan sosok diriku yang seperti ini, lebih bebas bermain dengan siapa dan lebih enak bermain kesana-kemari. Lagi pula, setelah aku dan limus sudah tidak ada kabar lagi sekarang aku mulai dekat lagi dengan anto.

Apalagi setiap mau akan masuk kelas, anto selalu dekat denganku sampai sesudah ujian akhir nasional, masih dekat, dirumah, dimana pun kami bertemu pasti suka sekali bertengkar, yang mulai dari menendang kakiku, sampai dengan saling mengerjain antara satu dengan yang lain. Sungguh lebih suka dekat anto daripada dengan orang lain.

Sampai saat di sekolahku mengadakan liburan ke jogja, aku memaksa anto untuk ikut, limus yang lama tak pernah kontak denganku, langsung kusuruh untuk ikut serta dalam liburan ini. Akhirnya mereka pun ikut, dan selama liburan tak pernah sekali pun pandanganku lepas dari anto, begitu pula anto dia selalu memandangiku dari kejauhan.

Dan saat berada di candi borobudur, aku baru berani mengajaknya untuk berfoto denganku dan anto pun mengiyakan kemauanku. Senang bukan main rasanya, bisa berfoto bersamanya. Apalagi saat aku di pantai parangtritis, aku bermain air sampai rasanya tubuhku basah kuyub. Tapi, bukannya menyeret teman-temanku malah memeluk erat ke anto, aneh bukan?

“anto, sini” panggilku sambil memeluk anto
“tenang-tenang, ecch jangan memelukku”Jawabnya
“gak mau, anto, biar sama-sama basah”
“aku yang gak mau, aku gak bawa baju ganti”
“biarin” kataku sambil memeluk anto sampai jatuh ke pasir
“ehhhhhh, aduh” teriaknya
“hahaha”
“kau ini” katanya sambil menahan tubuhku yang berat diatas tubuhnya
“kau memandangiku, apa aku cantik? Apa kau suka padaku?”
“apa? aku suka? Kau yang suka sama aku”
“iya, aku yang suka sama kamu, tapi, benarkah, kalau aku suka kamu?”
“teserah kamu, tapi pergi dari tubuhku, dilihat yang lain tidak enak”
“hehemm” kata anak-anak
“.............” tak berkata hanya malu kepada semuanya

Semenjak waktu itu, aku sama anto lebih dekat lagi, apalagi saat aku wisuda, dia menjemput diriku memakai mobil pribadinya, aku dan ortuku naik di dalam mobil bersama dengan ku, dia dan ortunya. Sungguh senang begitu, dan lebih senangnya lagi hubungan kami sudah terdengar di telinga orang tua kami dan orang tua kami sama merestui nya kepada hubungan kami. Walaupun kami belum berpacaran tapi, dia sudah berlagak sebagai pacar dan orang tua kami sudah menyetujui bila kami akan melangsungkan pertunangan.

Tapi, tidak dulu, aku sudah memilih kampus yang akan aku tempuh untuk masa depanku, keluarga ku serta keluarganya sudah sepakat menerima keputusanku, begitu pula anto sudah menyutujui keinginanku, dia ingin aku meneruskan sekolah, serta dia pun sudah memilih kampus cita-citanya untuk masa depan.

“aku akan tinggal di asrama selama satu tahun penuh. jika kangen aku, lihat saja fotoku” kataku
“apa melihat foto bisa menghilangkan rasa rinduku?” jawabnya
“jadi sekarang terbukti bukan? Siapa yang suka pada siapa?” tanyaku
“memang siapa yang suka sama siapa?” jawabnya
“orang ini yang suka kepadaku”
“benarkah?”
“iya, J 
“dan bila nanti aku sudah lulus, aku akan melamarmu” katanya
“apa?”
“tidak dengar atau shock?”
“tidak pernah pacaran mana bisa langsung menikah?”
“bukankah lebih baik seperti itu?”
“aku tunggu kedatanganmu”
“benarkah?”
“selalu J

Tiga tahun silam

Dan sampai saat ini aku masih menunggunya, menunggu dia membawakan bunga mawar kepadaku sebagai tanda cintanya kepadaku. Khayalan yang ingin aku wujudkan. Sudah cukup untuk berpacaran kini aku hanya ingin dirinya yang menjemputku, wahai cintaku.
“ini..” kata seorang laki-laki di belakangku dengan menyodorkan bunga mawar kepadaku
“si... J” kataku tidak jadi tanya melainkan senang
“mau kah kau lina?”
“mau apa?”
“apa ya? Kasih tahu gak ya?”
“cepat, kau kasih apa aku?”
“apa ya?”
“ihhhh” kataku sambil cemberut
“jangan marah dan jangan shock, karena aku ingin kau menjadi pendampingku sampai ajal menjeput dan memisahkan kita”
“aku mau, aku sangat mau!”
“tapi itu tidak kutunjukan kepadamu”
“bagaimana bisa tadi bilangnya untuk aku”
“apa aku memanggil namamu?”
“tidak sih, ehhh kamu jahat”
“jahat ku bagaimana tapi lina maukah kau menjadi pendampingku sampai ajal yang memisahkan kita”
“............ J” tak menjawab hanya memeluk dia sambil tersenyum Karena dia pasti tahu kalau aku mencintainya.

anto, aku suka kamu






















TAMAT