Hidup di dunia ini, pasti semua telah merasakan yang namanya cinta.
Cinta bisa datang dari manapun dan dari siapapun. Setiap manusia berhak atas dicintai
dan mencintai siapapun, karena cinta itu sangat penting dalam kehidupan, hidup
tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam. Dan setiap cinta di kehidupan ini, akan
berbeda-beda bedasarkan siapa yang membawanya dan bagaimana seseorang
menerapkannya dalam kehidupannya. Begitu pula cinta yang kubawa dalam
kehidupanku ini.
Panggil saja aku Niken, aku seorang Mahasiswi di Universitas
terkenal di negeri ini. Yang salah dalam kehidupanku adalah mengenalnya dan
mencintainya. Karena cerita cinta setiap pasangan berbeda, begitu pula dengan
cerita cintaku. Aku mencintai seorang dari fakultas MIPA jurusan Matematika di
kampusku ini. First, aku hanya mengenal dia sebagai teman baik temanku yang
sebidang denganku saja. Sampai suatu ketika aku merasakan sinyal-sinyal yang
berbeda darinya.
“kamu sudah makan Niken?” tanya nya kepada ku
“hah, sudah kok, J” diriku menjawab sambil tersipu
malu
“ehm weekend ini, kamu free?” tanya lagi
“ehm, iya, kenapa?”
“keluar yuk sama aku, mau?”
“ehm, ok”
Dari perjalanan ini lah rasa-rasa aneh itu dimulai, dan saat
perjalanan pulang dari perjalanan pertama kami, aku baru merasakan hal yang
berbeda dari tingkah lakunya kepadaku. Dia sangat pendiam, entah karena malu
dengan aku yang seharian kemarin bermain dengan dia atau bagaimana, aku tak mau
mengerti, yang ku lakukan tetap seperti biasa. Bertemu selalu tersenyum dan
menyapanya, perasaan hal ini biasa-biasa bukan?? Tapi dia hanya bisa diam, tak
ada kata. Sampai suatu ketika dia berani membuka kata untukku..
“Niken, cewek ini loh menggangguku, usir dia dong!!” katanya
kepadaku sambil menunjuk teman ceweknya
“hah, ngawur ya?” jawabku pelan, sambil bergumam hatiku “mau
mati ya aku, nyuruh-nyuruh orang menjauhimu, ini kan kawasan anak matematika,
bisa dikeroyok aku”
“loh kan usil, Niken sini Niken!!” masih memintaku untuk dekat
dengannya
Lebih dari satu bulan seperti ini, aku sebagai cewek yang
ditakdirkan memiliki kepekaan di dalam perasaan, tentu saja aku merasakan hal
yang aneh terhadapnya (katanya sih dalam bahasa gaulnya I’m falling love). Aku
merasa enjoy saat bersamanya, dan dia sangat hangat kepadaku. Apalagi dianya
juga selalu aku (sedikit GR, gak apa kan??), di acara perkumpulan anak
matematika pun aku selalu di ajak, sampai malu rasanya diriku, sampai pernah
ada seorang cewek mendekatiku untuk menanyakan apa hubunganku dengan dirinya,
dengan ragu aku menjawab “kami hanya berteman” karena hubungan ini tak
jelas, tapi respon si cewek itu tidak baik, dia malah mengatakan padaku “teman
kok sedekat itu, pakai ramuan apa kamu?” ok fine, emang begitu adanya tapi hello,
what? Emang aku ini dukun ya mbak? Aneh-aneh saja, tanpa merespon aku langsung
meninggalkan cewek itu, entah cewek itu bergunjing apa lagi tentang aku, aku
tak mempedulikannya.
Sudah lama sekali aku ingin memastikan akan perasaanku kepadanya,
tapi jawabnya sama, aku tak bisa menghindar lagi, karena semakin aku menghindar
semakin sakit rasanya. Sampai pada akhirnya aku berusaha mendekatinya (cowok
itu penjelasan.red). Entah apa yang dilakukan oleh ku, salah atau benar, i
don’t know. Semua kata-katanya selalu kujadikan sebagai motivasi bagi
kehidupanku. Dia sangat keren dalam berfikir, penampilan, dan yang utama paling
kusuka darinya adalah keimanannya, bagaimana dia menjaga imannya, hatinya dan
sikapnya, keren banget.
Sampai suatu ketika, saat aku pulang dari pratikum dan di waktu
yang bersamaan pula dia juga baru saja pulang dari rapat organisasinya (maklum
orang sibuk, hehehe), kami tak sengaja bertemu dan tanpa sadar aku langsung
mengajaknya keluar jalan-jalan dan sangat kebetulan juga, ini adalah hari sabtu
yang sudah menjelang malam (so sweet, sekalian malmingan), tanpa basa-basi dia
menjawab “iya, tapi sholat dulu ya!?” hem, aku hanya menganggukan kepala
sambil tersenyum manis kepadanya menunjukkan kalau aku bersedia, tapi
sebetulnya dalam hatiku ini beteriak “yeeeeeeeeeeeeee” (hahaha, mohon
maklumi), salut aku dengannya, keren abis. Setelah aku sholat mahgrib, dengan
merapikan kemejaku aku berjalan keluar masjid dan tak disangka setelah mata
memandang kedepan berdiri sosok Ali menghadap ke arahku sambil tersenyum manis,
subhanallah, perasaan apa ini, detak jantungku tak mau berhenti bedebar, aku
terus mencoba menenangkannya sambil berjalan keluar, bahaya kalau sampai dia
tahu jantungku mau copot karena melihatnya, hahaha.
Saat perjalanan pulang pergi aku selalu pegangan erat padanya,
bukan masalah genit tapi karena cowok itu phobiamungkin kalau saat nyetir gak
pakai ngebut. Dia merasakan tanganku yang pegang sangat erat pada bajunya
(risih mungkin ya?? hahaha). Sekejap dia langsung mengurangi gasnya, merasakan
hal itu aku langsung berkata padanya “sorry ya ini (peganganku) mengganggumu, tapi sebetulnya
aku takut, akan ngebut-ngebutan dijalan”. Seperti tak digubris tambah semakin
ngebut, astaugfirlloh, entah ini maksudnya disuruh pegangan lebih erat lagi
atau lepaskan peganganmu!!!, hahaaha. Lucunya lagi saat kami berjalan-jalan, di
area yang kami kunjungi ini adalah taman anak beradu kasih dengan pasangannya
sedangkan kami ??? akhirnya kami memilih permainan kincir angin yang
kelihatannya sedikit asyik dibanding rollercoaster ataupun yang lainnya. Saat
di dalam kincir angin ini, kami berdua menjadi canggung satu sama lainnya.
Apalagi dia, sangat ketahuan (hahaha, lucu sekali mukanya), sedangkan aku
sebetulnya menikmati hanya saja aku takut akan ketinggian, jadi diam saja, lucu
sekali bukan?? Niatnya pingin seperti pasangan-pasangan yang lainnya tapi
kenyataannya pada diam, hufttt.
Peristiwa hari ini tentu saja tak bisa terlupakan olehku. Aku
menceritakan kepada sahabatku untuk meminta pendapatnya, bagaimana enaknya
kelanjutan ceritaku seperti ini. Tapi,
responnya biasa saja, tak ada yang menarik. Akhirnya, aku putuskan untuk
menjalankannya sesuai dengan jalannya alur. Tapi, ternyata kendala, Ali berubah
padaku. Entah kenapa, dia seakan menjaga semuanya terhadapku. Seakan jalan-jalan
kemarin itulah penutup ceritaku ini. Loh, jangan seperti ini, jangan buat aku
seperti orang bodoh. Kau sudah mengiyakan sampai aku benar-benar merasakan iya
terhadapmu, tapi mengapa sekarang seperti ini.seakan kau menjuahiku, aku punya
salah padamu? Aku tidak tahu menau, tapi kau hanya berkata “tidak kok, aku
ini memang pendiam”, hello, lalu selama ini bagaimana dan apa namanya?
Aku tak mau berhenti disini saja, aku terus harus berusaha. Setiap
hari, aku mencoba terus berkomunikasi dengannya walaupun hanya melalui SMS dan
telp tak apa lah, yang penting ada komunikasi dengannya, setiap hari aku yang
memulainya, sampai akhirnya aku pikir kayak apa saja aku ini memulai sms dengan
dia tiap hari, sudah biarkan. Dan suatu ketika aku memberanikan diriku untuk
menanyakan padanya, “kamu sudah punya cewek atau suka cewek?” tapi tentu
saja dengan basa-basi terlebih dahulu, itu saja aku tanya dulu bagaimana
caranya kepada teman-temanku dan kupertimbangkan dengan secara matang, tapi eh
tapi dia hanya menjawab “Privasi dong”, apa??? Privasi? Ha.a.a.a...
kacau seketika aku, kenapa seperti ini? Kamu kenapa? Aku salah apa? (maklum
ya...galau_mode_on). Rasanya dunia ini langsung gelap, semua pratikum dan
tugasku berantakan. Sial, kenapa aku ini??? Dan saat aku ingin menemuinya untuk
berbicara langsung padanya (memberanikan diri ini ceritanya), aku melihat semua
teman sekelasnya sedang berdiri di depan kelas dan disana ada dia, tak sangka disangka,
teman laki-lakinya seperti sedang mencomblangkan anak yang namanya Klara dengan
Ali. Hah? Ali? Pasti bukan Ali ku, tapi memangnya ada Ali lagi selain dia.
Ternyata benar Ali yang ku kenal yang dimaksudkan mereka, ada cewek cantik yang
sedang mendekatinya, dia kelihatan senang begitu dilihat dari wajahnya, lalu
selama ini aku dianggap apa?
Sudah jauh-jauh aku dari fakultas kedokteranku sampai fakultas MIPA
dengan jalan kaki pula, rasanya sia-sia saja, apalagi ditambah dengan jawaban
Ali dengan cewek cantik itu, lengkap sudah. Aku keluar dengan sempoyongan, tak
kuat lagi rasanya aku untuk meluapkan air mata ini. Dan...
“Niken?” panggil Ali sambil berlari kepadaku
“iya,..” sambil menahan sakit, aku mencoba tersenyum
“kamu dari mana?” tanyanya
“dari sana (menunjuk arah
kelasnya tadi) dan akan pulang”
“oh, gak mau main dulu?”
“main? Kemana?” sedikit ada semangat
“kita mau ke pantai, ayo ikut!”
“sekelasmu?”
“yap, ayo, masih ada kok yang boncengannya kosong, kau bisa sama
dia nanti”
“(hah, kau menjebakku ya? Atau lagi mengetesku? Atau benar-benar
tak sedang bermain kata) mana mungkin, yang ku kenal kan hanya kamu!”
“ya nanti kan bisa kenalan”
“memang kamu sama sapa?”
“oh, aku uda sama teman aku”
“oh, ndak uda, ini kan acara kelasmu, mana mungkin aku ikut mencampurinya”
“ayo, biasanya juga seperti itu kan?”
“thank’s a lot, maybe, i will go home, ok.. bye..bye...”
“oh, ok if you want”
“(see you Ali,... ) Ali, besok mari keluar denganku!”
“akan ku kabari besok, bisa atau tidaknya”
Hah, nangis rasanya hati aku, kepalaku pusing, perutku rasanya
keram lagi, sumpah terpuruk rasanya. Ini cinta yang sangat menyakitkanku,
rasanya tak ingin lagi aku untuk merasakan ini, tapi aku harus berfikir
positive mungkin dia baik kepada setiap wanita, mungkin pegangan itu aku harus
melepasnya, supaya tak ada yang salah paham, dan apa lagi?? Hah... Aku ingin
pulang cepat dan segera istirahat.
Seminggu sudah aku di acuh tak acuhkan seperti ini, sepulang
praktikum ini aku menunggunya di masjid yang pernah kami gunakan untuk menuaikan
ibadah bersama, sambil menunggu aku gunakan untuk sholat berjama’ah maghrib dan
sampai aku usai sholat berjama’ah isya’ dia belum muncul. Tiada kabar maupun
apa? Aku mencoba hubungi, namun tak ada jawaban. Baru kali ini aku merasakan
bahwa seorang dokter juga butuh dokter. Aku putuskan untuk pulang, dan tak tahu
menahu lagi. Aku merasakan seperti banyak aliran yang mengalir pada diriku, aku
merasakan tapi tak bisa melihtanya kalau orang tuaku sedang ada disana. Tapi,
aku dimana?? Aku mendengar isak tangis ibukku, tapi, apa ini? Ya Allah, ini
apa? Sakit sekali rasanya, cukup hentikan ini! Sakit semua rasanya. Setelah
itu, aku mendengar suara seorang laki-laki di telingaku, dengan nada yang
terisak-isak dia berkata “maafkan aku, ayo kita mulai dari awal, cepat
sadarlah, kasihan orang tuamu yang sudah menjagamu bermalam-malam disini, aku
janji, aku akan selalu disampingmu, aku salah telah melakukan ini kepadamu,
maafkan aku” dan dia juga seperti menghapus sesuatu di pipi dan tulang
pelipis ku. Aku mengenal suara ini, ini Ali, iya ini Ali. Saat aku membuka
mataku, aku melihat banyak dokter dan perawat di sebelahku, begitu pula Ali,
saat aku melihat ke arah jauh, aku melihat ibuku sedang menangis melihat
keadaanku ini. Seperti nya aku mngenal tempat ini, ini adalah ruang ICU, tapi
kenapa aku disini??? Kepalaku sakit dan i don’t know...
Setelah aku sadar, aku melihat kedua orang tuaku,
saudara-saudaraku, teman-temanku, begitu pula Ali yang memegangi tanganku terus.
Mereka menunjukan reaksi yang sangat kaget, saat aku sadar. Dokter segera
memeriksaku, dan melakukan aktivitasnya sebagai seorang dokter. Dan setelah
beberapa hari setelah itu, baru aku diberitahuku bahwa aku pingsan dan tak
sadar selama seminggu, lalu selama seminggu aku tidur itu apa yang kulakukan
dalam tiduku ya??? Hahaha, aku tidur atau mati, hahaha. Dan aku tahu kalau Ali
yang menjagaku tak henti-hentinya, dia menjagaku pagi siang malam, entah ini
cinta atau kasihan aku akan tahu jawabannya segera.
“jadi, dokter juga butuh seorang dokter ya?” gurau Mita temanku
“kalian ini, jangan meledekku!” jawabku
“dokternya tampan pula, aku juga mau kalau gitu, digendong dari TKP
sampai fakultas kedokteran dan dijaga sampai si dokter sungguhan kalah posisi,
hahaha” gurau Alyce
“kau ini, jangan seperti ini!”
“oh oh, panjang umurnya ini, Alyce sepertinya kita mesti keluar
dulu ini, dokternya mau meriksa pasiennya ini!?” sindir Mita terhadap Ali
“Okay Mit, ayo kita keluar” jawab Alyce
“dok, kalau memeriksa yang sungguhan loh, jangan apa-apakan anak
orang itu ya??” gurau Alyce ke Ali
“tenang” jawab Ali sambil tersenyum
Oh my God, canggung aku, malu aku, aku harus bagaimana? Ini
bagaimana? Aku bingung, mau bicara apa? Aku harus pingsan sekarang ini, atau
bagaiamana...
“sudah sehatan?” tanyanya Ali kepadaku
“bisa dilihat”jawabku
Tangan Ali langsung memegang dahiku seperti melihat suu tubuhku
“sepertinya tak menentu, kok semakin panas ya?” tanyanya
Oh my God, tentu saja, aku kan malu kepadamu Ali
“jangan bicara begitu dong! Aku kan jadi malu” kataku
“kenapa harus malu?” jawabnya
“ya jelas, oh ya thank’s ya uda menjagaku kemarin. Tapi seharusnya
kamu ...” langsung disela begitu saja olehnya
“sorry ya, aku kurang berani untuk mengambil keputusan, aku tahu
kamu suka sama aku..”
“PD sekali kamu...” jawabku mengelak sambil memenggal perkataannya
“oh, begitu ya? Berarti hanya aku yang suka kamu tapi tak bisa
mengucapnya waktu itu”
“benarkah?”
“tentu...”
Tanpa basa-basi aku langsung memeluknya, rasanya cintaku terbalas,
hahaha, yes.. yes...
“eh, apa-apaan ini? Katanya tidak suka aku? Kok meluk aku?” tanya
dia
“aku suka kok sama kamu, bohong kalau aku bilang tidak”
“ya aku tahu, tapi, tolong ya mbak kita belum jadi imam dan makmum”
“oh, iya ya... maaf... (subhanallah, aku semakin sayang ini
rasanya)”
“iya, nanti aja meluk saya kalau anda sudah menjadi makmum saya”
“iya Ali...” sangat senang rasanya aku
Tak bisa dibayangkan perasaan itu, setelah itu kami menjalani
hubungan yang lebih dekat lagi, tapi masih ada batas-batasnya loh, kami selalu
bertukar ilmu, apalagi aku yang ingin juga memperdalam ilmu matematika yang
sama asyiknya dengan ilmu kedokteranku. Dan sejak itu, dia langsung melamarku
kepada keluargaku setahun setelah itu kami putuskan untuk menikah demi
menghindar dari fitnah karena di Islam tidak ada yang namanya pacaran.
Subhanallah .....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar